Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Gereja Pertama Di Indonesia. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Gereja Pertama Di Indonesia. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 September 2016

Kesaksian Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)

- 0 komentar
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. 

Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.


baca juga : Sebuah Quotes dahsyat dari Ahok: Kita harus biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. 

Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. 

Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. 

Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. 

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.


baca juga : Patut jadi Panutan, Ahok: Saya Mempermalukan Gereja Kristen kalau Korupsi!

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. 


Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. 

Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! 

Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. 

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan 

PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.


baca juga : Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. 


Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. 

Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. 

Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.


baca juga : Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. 

Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. 

Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. 

Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

baca juga : Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.


Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. 


Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. 

Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. 

Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. 


Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. 

Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. 

Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus.

Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. 


Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. 

Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. 

Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Tuhan kita luar biasa.


baca juga : Ahok ke Jemaat Gereja: Doakan Kami Bisa Mewujudkan Keadilan Sosial


Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka.


Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. 

Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. 

Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. 

Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. 

Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. 

Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. 

Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. 


Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. 


Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. 

Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. 


Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 18 Februari 2016

Surat martir: Gereja-gereja di Provinsi Zhejiang dibongkar paksa pemerintah

- 0 komentar


Sekurangnya empat anggota jemaat terluka parah dalam sebuah insiden di Gereja Keselamatan Shuitou di Distrik Pingyang, Kota Wenzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Dua di antaranya telah dirujuk ke rumah sakit provinsi, demikian dilaporkan Persecution.org (21/7).

Sekitar 400 anggota polisi mencoba menurunkan salib gereja, yang pada hari peristiwa itu, 21 Juli, telah dijaga jemaat selama 32 hari.

Selama satu jam pihak kepolisian menggunakan tongkat besi untuk membubarkan jemaat, namun tidak berhasil. 

Sekitar 1000 anggota jemaat telah membentuk blokade manusia untuk melindungi gereja dari pembongkaran paksa pihak pemerintah.

Menurut laporan itu lebih dari 360 gereja telah mengalami pembongkaran, baik sebagian maupun keseluruhan, dalam operasi pemerintah yang disebut “pembongkaran atau penertiban bangunan ilegal” di Provinsi Zhejiang yang terus berlanjut.

Pendeta Gereja Keselamatan Zhan Yingsheng telah mengirimkan surat pengunduran diri dari posisinya kepada Gereja Protestan Cina (Three Self-Patriotic Movement) dan menuliskan surat wasiatnya setelah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang martir.

Surat Pdt. Zhan Yingsheng berikut ini diterjemahkan dari terjemahan bahasa Inggris yang dimuat 

ChinaAid.org:

Nama saya Zhan Yingsheng, dan saya seorang dari etnis Han. Saya lahir pada tanggal 16 Juni 1971. Saya seorang Kristen dan seorang mahasiswa jurusan Alkitab di Sekolah Teologi Zhejiang. Pikiran saya masih sangat jernih ketika menuliskan hal berikut ini. Ketika Anda membacanya, Anda beruntung menjadi salah satu saksi.


Pertama-tama, saya ingin menyatakan bahwa apa yang saya lakukan sekarang adalah bukan untuk membuat pertunjukan atau mencoba untuk mendapatkan pemberitaan. 

Sebaliknya, saya melakukannya karena tidak ada pilihan lain. Namun, untuk teman-teman dan kerabat saya, yakinlah bahwa karena keyakinan Kristen saya, saya tidak akan memilih bunuh diri. 

Jika di hari-hari ini Anda mendengar bahwa saya telah dipanggil ke surga, itu mungkin berarti saya cukup beruntung untuk bergabung dengan barisan para martir (Rasul Yesus yaitu Paulus mengingatkan kita bahwa ada bersama Kristus adalah jauh lebih baik).


Alasan yang paling penting untuk ini adalah bahwa saya telah melihat saudara-saudari dari gereja-gereja di berbagai bagian provinsi Zhejiang menjadi panik di tengah-tengah badai pembongkaran ilegal terhadap salib-salib [yang dilakukan] oleh beberapa instansi pemerintah. 

Untuk berpegang pada iman mereka, saudara-saudari [umat Kristen] menjaga salib mereka, yang bukan bangunan ilegal. 

Mereka telah menjaga salib-salib itu selama lebih dari 20 hari di berbagai gereja, dan untuk sebagian orang sampai sudah lebih dari satu bulan. 

Banyak saudara-saudari ini bekerja di perusahaan besar, real estate dan beberapa dari mereka mencari nafkah dengan menjaga sebuah toko kecil, dan mereka menjaga salib-salib ini lepas dari ancaman terang-terangan yang datang dari pejabat pemerintah.


Di Cina, negara yang seharusnya berada di bawah aturan hukum, beberapa pejabat pemerintah menempatkan kehendak mereka di atas hukum. 

Sementara itu, bawahan mereka, dalam rangka untuk mendapatkan promosi untuk “kinerja” mereka, telah mengabaikan hukum dan disiplin, dan menginjak-injak iman Kristen. 

Mereka bersaing satu sama lain dalam jumlah dan kecepatan penghancuran [gereja-gereja] sehingga mereka dapat memenangkan hadiah. 

Setiap kali saya melihat ini, hati saya berdarah. Itulah mengapa saya telah memutuskan hari ini untuk pergi tinggal di menara jam di bawah salib gereja untuk berdoa dan berpuasa dengan Alkitab dan buku nyanyian saya.


Pemerintah daerah memiliki tujuan utama menghancurkan, dengan paksa, Gereja Keselamatan. 

Mereka telah memberikan ancaman mereka kepada rekan kerja gereja melalui berbagai tingkat dan departemen. 

Jika kami menjaga gereja terhadap pembongkaran dengan segala upaya kami, pada akhirnya akan lebih buruk dari Gereja Sanjiang. 

(Saya mengerti betul bahwa jika [mereka] tidak melakukan hal ini, posisi mereka akan terancam). Menghadapi musuh yang kuat demikian ini, baik rekan kerja maupun saya tidak merasa yakin bahwa kami bisa mencegah pembongkaran terhadap salib gereja.


Bagi saya sendiri, saya mohon kepada Tuhan untuk memberikan saya kehendak seorang martir. 

Saya akan membutuhkannya terutama ketika pembongkaran salib gereja kami. 

Saya tidak bermaksud untuk menjadi martir bagi sebuah salib seberat 6-ton. Sebaliknya, sebagai seorang Kristen menghadapi ketidak-adilan, hati nurani saya mendesak saya untuk melakukan tugas saya. 

Saya ingin lebih memahami arti dari “Kristus memanggil saya untuk mati bagi-Nya.” 

Jika kemartiran atau kesengsaraan beberapa orang Kristen dapat membuat badai operasi pembongkaran ini reda dan semangat penegakan hukum menjadi kenyataan di berbagai bidang negara kita, semoga Tuhan mendukung saya dengan kokoh!

Adalah benar-benar sulit untuk memilih. Pertama-tama, saya memikirkan istri saya yang membawa saya menjadi percaya kepada Tuhan. 

Pada tahun yang sama, 1992, saya mengenalnya dan membaktikan diri kepada Tuhan. Dua puluh dua tahun telah berlalu dalam sekejap mata. Selain Tuhan Yesus yang mati di kayu salib bagi saya, orang yang kepadanya saya sangat berutang adalah dia. 

Bersama-sama, kami berdua bekerja keras, dan kami akhirnya memiliki rumah di Jl. 152 N. Shanglin yang kami masih miliki sampai sekarang. Bersama-sama, kami membesarkan seorang putri, yang kini kelas dua sekolah menengah. 

 Awalnya, kami berdua terlibat dalam bisnis pakaian. Pada tahun 2005, Tuhan memindahkan saya dan memanggil saya untuk melayani penuh waktu di Gereja Keselamatan Shuitou. 

Mulai dari tahun 2007, saya mulai melengkapi diri dan sebagian besar waktu saya belajar di mana-mana, dan semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh dia.


Sayangku, jika aku pergi meninggalkanmu, kau harus membesarkan puteri kita sendirian. 

Jika Allah mempersiapkan bagimu seorang suami dalam Kristus, ingat kau harus mematuhi-Nya dan menjalani kehidupan yang baik dengan mengandalkan Tuhan. 

Ayah dan ibu saya belum Kristen, dan mereka adalah beban terbesar saya. Setelah lulus dari sekolah menengah, aku berada jauh dari rumah selama bertahun-tahun dan tidak melakukan kewajiban sebagai anak mereka. 

Saya ingin kau mengunjungi mereka dari waktu ke waktu ketika kau punya waktu setelah berdoa.


Yilin, karena ini adalah pertama kalinya saya menjadi seorang ayah, saya tidak punya banyak pengalaman. 

Ketika kau bertumbuh besar, saya gagal untuk memberikan cukup banyak waktu untuk membimbingmu. 

Meskipun [papa] mendisiplinkan kamu karena sayang, [papa] tidak memiliki metode yang benar. 

Dan kadang-kadang, [papa] memukul dan memarahimu karena amarah. Hatimu tentu terluka. [Papa] harap kau bisa secara bertahap memahami [papa]. 

Anakku sayang, mengingat kondisi saat ini, kau harus belajar keras di usiamu sehingga kau dapat beroleh kesempatan yang lebih baik dalam menemukan pijakan di masyarakat dan kau akan memiliki kesempatan yang lebih baik dalam bersaksi bagi Yesus. 

Jika [papa] tidak bisa lagi memberikan arahan di masa mendatang, harap ingat disiplin diri. 

Hidup ini sangat sulit bagi Ibu, dan kecerdasan emosionalmu seharusnyalah sangat tinggi. [Papa] yakin kau akan melakukan tugas baktimu dengan baik karena [papa] memiliki kepercayaan dalam dirimu. Jangan mengeluh tentang Tuhan. 

Dia siap untuk membantumu, dan kau harus ingat untuk mencari pertolongan-Nya kapanpun kau membutuhkan Dia.


Rekan-rekan sekerja yang saya kasihi, di tengah-tengah situasi buruk saat ini, ingatlah kalian harus bersatu dalam Tuhan sebagai satu kesatuan, saling mengasihi satu dengan yang lain, dan membantu orang-orang yang membutuhkan. 

Jangan jatuh ke dalam perangkap setan dengan saling menyerang satu sama lain. Sebaliknya, cobalah untuk saling memaafkan dan saling memahami dalam kasih salib. (Kasih ini lebih dari apa yang bisa kita pahami dalam keadaan biasa).


Kerabat dan teman-teman yang saya kasihi, syukur kepada Tuhan bahwa kalian semua ada dalam hidup saya; kalian telah membawa begitu banyak hal yang indah dalam hidup saya, yang tanpa itu akan hambar dan sepi adanya. 

Digerakkan oleh Tuhan, saya mulai menulis kemarin sore. Sampai saat ini ketika saya masih menulis, saya sudah mati. Kerabat dan teman-teman yang mengenal saya tahu bahwa saya seorang pria takut mati, dan saya hidup dalam ketidak-beranian dan saya tidak memiliki pendapat saya sendiri. 

Meskipun “hal yang paling sulit dalam hidup adalah kematian,” cinta yang mengalir dari darah di kayu salib Yesus lebih kuat daripada kematian. Terima kasih Tuhan untuk menguatkan saya dengan cinta ini! 

Saya berharap bahwa dalam kerajaan yang mulia saya akan dapat melihat kalian semua. Ingatlah bahwa Yesus mengasihi kalian dan juga saya. Semoga Allah meberkati kalian semua!


Hamba Allah yang rendah: Zhan Yingsheng

Selesai menulis di Gereja Keselamatan, 17 Juli 2014.
——-
Sebagai bentuk doa dan solidaritas bagi umat Kristen di Provinsi Zhejiang pada khususnya dan di negara Tiongkok pada umumnya, umat Kristen Indonesia dapat menyampaikan keprihatinannya melalui perwakilan negara Tiongkok di Indonesia: 
Konsulat Tiongkok di Surabaya:
Alamat : Jl. Mayjend. Soengkono No. 105 Surabaya
Telp. (031) 5675825
Fax. (031) 5674667

Email: chinaconsul_sur@mfa.gov.cn
Harap menyampaikan bentuk keprihatinan secara santun dan langsung pada pokok permasalahan. Untuk pengiriman email, dapat menggunakan format berikut ini: 
[alamat email penerima]    chinaconsul_sur@mfa.gov.cn
[subject/judul]                  Pembongkaran gereja di Provinsi Zhejiang
[isi email]

Yth., Konsulat Jendral Tiongkok
Jl. Mayjend. Soengkono No. 105 Surabaya

Dengan hormat,

Setelah mempelajari perkembangan umat Kristen di Provinsi Zhejiang saya menyampaikan keprihatinan ini kepada Anda untuk maksud supaya diteruskan kepada pemerintah di negara Tiongkok, bahwa kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia dan pemerintah perlu menjaga hak-hak itu bagi warga negaranya.
Saya memohon dengan sangat supaya pemerintah Tiongkok, c.q., pemerintah daerah di Provinsi Zhejiang, untuk menghentikan pembongkaran gereja dan penurunan salib-salib yang menyinggung perasaan umat Kristen, tidak hanya di Tiongkok tapi juga di negara-negara lainnya.
Atas perhatiannya saya sampaikan terima kasih.

Hormat saya,
[nama]

sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 22 Juni 2016

Wali Kota London, Sadiq Khan, Buka Puasa di Gereja Tua

- 0 komentar



LONDON, - Wali Kota Muslim pertama di London, Sadiq Khan, menyerukan ditingkatkannya 'integrasi sosial' di antara berbagai komunitas di London dalam acara buka puasa yang diselenggarakan Gereja St James's di Piccadilly.

Inilah untuk pertama kalinya Gereja Anglikan yang berusia lebih dari 330 tahun mengadakan acara buka puasa selama Ramadhan.
Acara itu disebut Khan sebagai langkah untuk 'merayakan perbedaan' dan menunjukkan 'seperti apa Islam yang sebenarnya'.

Sekitar 200 orang hadir dalam acara pada Minggu (19/6/2016) malam. Tidak hanya Muslim, namun juga sejumlah pemeluk Yahudi.

“Yang hebat dari acara seperti ini adalah, kita berada di jantung kota London, di Piccadilly, di Gereja St James's, dalam buka puasa bersama umat Kristen, Yahudi dan yang lain,” kata Khan.

“Dan acara ini tidak hanya buka puasa bersama namun juga agar yang lain mengetahui tentang Islam,” kata Khan kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak acara lintas agama seperti ini diselenggarakan . Pihak masjid  mengundang non-Muslim sementara sinagog serta gereja mengundang Muslim.

Khan mengatakan, interaksi antar berbagai komunitas sangat perlu dilakukan untuk lebih mengenal satu sama lain.

“London adalah kota yang paling beragam di dunia dengan lebih dari 300 bahasa. 

Yang penting adalah kita saling berinteraksi dengan lebih baik, mengenal lebih baik. Saya menyebutnya integrasi sosial,”  katanya. 

baca juga : buka puasa di sinagog rayakan perbedaan.

“Kami ingin orang mengetahui tentang Islam yang sebenarnya karena sayangnya saat ini ada sejumlah kecil orang yang melakukan tindak kejahatan dengan menggunakan nama Islam untuk membenarkan tindakan terorisme dan kami ingin mengingatkan orang bahwa Islam bukan seperti itu," kata Khan, wali kota Muslim pertama London.

Bank makanan

Salah seorang pemimpin gereja, Lucy Winkett,  yang ikut mencoba berpuasa dalam sehari mengatakan pengalamannya 'cukup berat'.
“Ini merupakan tantangan bagi saya. Umat Kristiani juga berpuasa namun bisa minum air,” katanya.

“Dan yang kali ini tanpa minum sama sekali, jadi cukup berat. Tapi sangat menyenangkan kami dapat menyelenggarakan acara buka puasa di gereja kami,” kata Lucy Winkett.

Waktu puasa di London pada minggu terakhir Juni dimulai pada pukul 02.40 dan magrib pada pukul 21.24 waktu setempat.
Gereja St James's yang dibangun pada 1684 dirancang oleh Cristopher Wren, yang juga membangun salah satu gedung bersejarah lain di London, Katedral St Paul.

Dalam pidato sebelum buka puasa, Khan juga mengungkap tantangan London sebagai 'kota kelima terkaya di dunia'.
Namun, katanya, masih memiliki sekitar 100.000 orang yang menggantungkan hidup pada foodbank atau 'bank makanan'.
Bank makanan menyediakan stok makanan kering yang boleh diambil bagi mereka yang tak mampu.

“Tantangan ke depan adalah... kita hidup di kota kelima terkaya di dunia, namun angka tahun lalu menunjukkan sekitar 100.000 orang menggantungkan pada bank makanan," kata Khan.

Dia menambahkan,  kembali perlunya meningkatkan interaksi dan solidaritas antar berbagai komunitas di London agar dapat saling membantu.

Sumber : disini

[Continue reading...]

Senin, 09 Mei 2016

Ahok Letakkan Batu Pertama Pembangunan Gereja 5 Lantai Senilai Rp 18 Miliar

- 0 komentar

JAKARTA, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Jemaat Petra, Jalan Jampea, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (8/5/2016) sekitar pukul 11.00 WIB.

Pria yang akrab disapa Ahok ini hadir di gereja tersebut dengan mengenakan batik coklat.
"Kenapa saya mau datang ke peletakan batu pertama gereja? Karena kebetulan sebelahan sama RSUD Koja kita, ha-ha-ha," ujar Ahok berkelakar.

Pantauan Kompas.com, gedung gereja tersebut sudah dihancurkan sebagian. Acara peletakan batu pertama itu pun diselenggarakan di atas puing-puing gereja yang sudah hancur.

Awalnya, panitia berencana hanya membangun gereja hingga 2 lantai. Namun, ada ketentuan bahwa bangunan di sepanjang Jalan Jampea harus lebih dari 4 lantai. Maka dari itu, Biro Pendidikan Mental dan Spiritual (Dikmental) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberi rekomendasi agar gereja tersebut dilengkapi dengan tempat parkir.

Akhirnya, panitia pun memutuskan untuk membangun 5 lantai.
Pembangunan gereja dilakukan oleh PT Parama Dharma dengan total hampir Rp 18 miliar.

Gedung GPIB Jemaat Petra sendiri sudah berusia lebih dari 50 tahun. Gereja ini pertama kali dibangun pada Agustus 1958. Namun, seiring berjalannya waktu, bangunan gereja menjadi rapuh.
Selain itu, ada proyek pembangunan jalan layang dan perluasan pelabuhan yang membawa dampak pada bangunan gereja.

Sesuai dengan aturan Garis Sepadan Bangunan (GSB) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, bangunan gereja yang ada di Jalan Jampea tersebut harus mundur sepanjang 12 meter. Akhirnya, gereja pun dibongkar untuk dibangun kembali.

Proses perizinan untuk membangun kembali gereja pun memakan waktu lama. Pada Mei 2015, panitia gereja baru mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB).

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 23 Februari 2016

Kisah Friedrich Silaban, Anak Pendeta yang Rancang Masjid Istiqlal

- 0 komentar

Hidup Friedrich Silaban terbilang cemerlang dan gemilang. Lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912, dia hanya bersekolah di HIS Narumonda, Tapanuli, Sumatera Utara, dan Koningin Wilhelmina School, sebuah sekolah teknik di Jakarta.

Namun, penganut Kristen Protestan dan anak seorang pendeta miskin itu telah melahirkan berbagai bangunan modern pada masanya hingga kini menjadi bangunan bersejarah.

Salah satunya ialah kemegahan sekaligus simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia, Masjid Istiqlal, Jakarta, yang resmi digunakan tepat 38 tahun lalu.


Pada tahun 1955, Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno mengadakan sayembara membuat desain maket Masjid Istiqlal. Sebanyak 22 dari 30 arsitek lolos persyaratan.

Bung Karno sebagai Ketua Dewan Juri mengumumkan nama Friedrich Silaban dengan karya berjudul "Ketuhanan" sebagai pemegang sayembara arsitek masjid itu.
Bung Karno menjuluki F Silaban sebagai "By the grace of God" karena memenangi sayembara itu.

Pada 1961, penanaman tiang pancang baru dilakukan. Pembangunan baru selesai 17 tahun kemudian dan resmi digunakan sejak tanggal 22 Februari 1978. Jadi, hari ini merupakan peringatan ke-38 tahun Masjid Istiqlal.

Dikutip dari surat kabar Kompas edisi 21 Februari 1978, enam tahun setelah Masjid Istiqlal selesai dibangun, F Silaban mengatakan, "Arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya."

"Patokan saya dalam merancang hanyalah kaidah-kaidah arsitektur yang sesuai dengan iklim Indonesia dan berdasarkan apa yang dikehendaki orang Islam terhadap sebuah masjid," lanjut dia.

Kesederhanaan ide Silaban rupanya berbuah kemegahan. Jadilah masjid yang berdampingan dengan Gereja Katedral itu tampak seperti masa saat ini. 

Masjid Istiqlal berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektar, diapit dua kanal Kali Ciliwung, kubahnya bergaris tengah 45 meter, dan ditopang 12 pilar raksasa serta 5.138 tiang pancang.

Dindingnya berlapis batu marmer putih. Air mancur besar melambangkan "tauhid" dibangun di barat daya.
Dilengkapi menara setinggi 6.666 sentimeter, sesuai dengan jumlah ayat Al Quran, masjid itu mampu menampung 20.000 umat. 

Udara di dalam masjid begitu sejuk walau tanpa dilengkapi pendingin ruangan. Sebab, Silaban membuat dinding sesedikit mungkin supaya angin leluasa masuk. Silaban ingin umat yang sembahyang di masjid itu seintim mungkin dengan Tuhan.

Haji Nadi, haji asli Betawi yang sembahyang di masjid itu, dalam surat kabar Kompas edisi yang sama mengatakan, "Berada di masjid ini saya merasa betapa besarnya umat Islam."

Dari Gambir ke penjuru dunia

Dikutip dari buku Rumah Silaban; Saya adalah Arsitek, tapi Bukan Arsitek Biasa, Silaban mulai tertarik dengan dunia arsitektur sejak sekolah di Jakarta.

Sayang, "Perderik", demikian dia dipanggil sang ayah, tak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas karena persoalan biaya.

Karier Silaban di dunia arsitek diawali saat bersekolah di Jakarta. Dia sangat tertarik pada desain bangunan Pasar Gambir di Koningsplein, Batavia, 1929, buatan arsitek Belanda, JH Antonisse.

Setelah lulus sekolah, Silaban mengunjungi kantor Antonisse. Dia pun dipekerjakan sebagai pegawai di Departemen Umum, di bawah pemerintahan kolonial.

Kariernya terus meningkat hingga akhirnya ia menjabat sebagai Direktur Pekerjaan Umum tahun 1947 hingga 1965. Jabatannya itu membawa Silaban ke penjuru dunia.

Tahun 1949 hingga 1950, Silaban ke Belanda mengikuti kuliah tahun terakhir di Academie voor Bouwkunst atau akademi seni dan bangunan.

Pada saat inilah, Silaban mendalami arsitektur Negeri Kincir Angin itu dengan melihat dan "menyentuhnya" secara langsung.

Tidak hanya Belanda, setidaknya 30 kota besar di penjuru dunia telah dikunjungi Silaban. Tujuannya satu, mempelajari arsitektur di negara-negara tersebut.

Perjalanannya ke penjuru dunia, terutama setelah kunjungannya ke India, menyiratkan satu hal bahwa jiwa sebuah bangsalah yang mendefinisikan arsitektur bangsa tersebut.

Perjalanan Silaban itu memengaruhi keinginannya dalam "manifestasi identitas asli Indonesia; negara yang bebas dan progresif" melalui karya-karyanya di Tanah Air. 

Tutup usia

Sang arsitek tutup usia pada hari Senin, 14 Mei 1984, di RSPAD Gatot Subrotot karena mengalami komplikasi.

Selain Istiqlal, peninggalan Silaban hadir di sekitar 700 bangunan penjuru Tanah Air, di antaranya Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta/1962), Monumen Pembebasan Irian Barat (Jakarta/1963), Monumen Nasional atau Tugu Monas (Jakarta/1960), Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata (Jakarta/1953), hingga Tugu Khatulistiwa (Pontianak/1938).

"Dia pergi setelah mengukir sejarah, suatu sejarah yang lebih tinggi dari karya sebuah hasil seni atau teknologi, tetapi adalah sejarah kemanusiaan, kebersamaan, toleransi. Namanya akan dikenang sepanjang zaman," demikian paragraf penutup di situs bertajuk "Silaban Brotherhood".

sumber : disini



[Continue reading...]

Selasa, 07 Juni 2016

Ade siti Barokah, WNI yang sedang menempuh Pasca Sarjana di Belanda, melaksanakan Tarawih di Pastoral

- 0 komentar
 

Cerita berlanjut. Masih ingat kan bagaimana saya disayangi seorang suster tua di Polandia yang membuatkan saya coklat panas dan biskuit, saat saya berteduh di katedral? Nah ketika tiba di Berlin, saya bertemu dengan Romo (pastor) asal Flores, Indonesia, yang sudah 16 tahun memimpin jemaat di Jerman sini.

Saya panggil beliau Romo Paskalis, pastor kepala di paroki ini. Beliau bukan orang baru buat saya. 

Kami pernah bertemu di Amerika ketika saya mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika dan beliau juga sedang belajar di seminari di kota kecil dimana saya ditempatkan. Waktu itu saya dan mbak Yanti Linehan sempat menghadiri acara di seminari tersebut. 

Beliau sekarang kembali ke Jerman. Tapi saya sama sekali tidak tahu kalau beliau di Berlin. Setahu saya beliau di Dresden atau entah dimana. 

Adalah 'adikku' Frater Fransiskus yang menyambungkan kembali dengan Romo Paskalis. Betapa kagetnya saya ketika turun bus dari Polandia beliau sudah menunggu saya di stasiun bus :)

Niatnya, hari itu saya akan menginap di bandara karena pesawat saya sgt pagi. Daripada nginep di hostel mahal dan pagi kerepotan ke bandara mending nunggu pesawat di bandara kan seperti biasa? 😂 Tapi Romo tidak sependapat. 

Menurutnya terlalu risky untuk saya bermalam di sana. Lalu dengan sangat baik hati beliau meminta saya bermalam di pastoral. 

Melihat keraguan saya, beliau bilang, 'jangan khawatir. ada banyak kamar untuk para tamu (guest house) dan jangan dibayangkan hanya ada pastor di situ". 

Saya tersentuh. Siapalah saya ini? Mendapat penghormatan menginap di guesthouse tempat biasa uskup bermalam. 

Kawasan pastoral sangat indah, teduh dan luas. Ada gereja besar dan kapel kecil yg cantik. Kamar-kamar tamu cukup banyak: bersih dan wangi dengan linen, handuk dan peralatan mandi yg rutin diganti. 

"Itu ada minuman sekedarnya. Bila perlu untuk sahur jangan sungkan2. Di bawah ada dapur". 

Saya tercenung. Beliau tahu hari ini saya mulai puasa dan sebagai Muslim saya wajib menjalankannya.

Kamar para pastor ada di bawah, di lantai 1. Sedang guesthouse ada di lantai 3. Saya tak mau merepotkan mereka di pagi buta jadi saya menyiapkan sahur sebelum tidur. 

Dengan aplikasi di hp saya mencari arah kiblat dn bersiap menjalankan tarawih. Malam ini, shalat tarawih pertama di bulan suci saya dirikan di pastoral. 

Allah ada dimana-mana, di setiap jengkal tanahNya. Kebaikan ada dimana-mana. Saudara saya dimana-mana. Sungguh, saya adalah musafir yang beruntung.

Terima kasih Pastor Paskalis, Frater Fransiskus dan Pastor Edmundus Sonny untuk persaudaraan ini.

sumber: FB Ade siti barokah
[Continue reading...]

Rabu, 11 Mei 2016

TAHUKAH ANDA? seorang Romo Katolik bernama " Odorico da Pordenone" dari Biara Fransiskan pernah datang ke Majapahit.

- 1 komentar
Ini adalah fakta yang sepertinya perlu anda ketahui, bahwa dalam catatan sejarah, seorang Pastor Katolik telah berkunjung ke Indonesia di era Majapahit, jauh sebelum penjajahan Jepang, Belanda, Portugis atau bangsa Eropa lainnya. Bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

LATAR BELAKANG
Syahdan, setelah pemerintahan Raden Wijaya, tampuk pemerintahan jatuh kepada anaknya sebagai raja kedua, yakni Prabu Jayanagara. Menurut kitab Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca, di usia yang sangat muda ( sekitar 15 tahun) raja bernama kecil “Kala Gemet” ini naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Karena itu untuk menjalankan pemerintahan, Jayanagara diwakili oleh Lembu Sora sebagai Patih Daha.

Masa pemerintahan Jayanagara adalah masa paling kelam dimana pemberontakan terjadi secara terus menerus. Sejumlah teman seperjuangan ayahnya yang tergabung dalam Dharma Putra, terpaksa melakukan pemberontakan karena tidak puas dengan pemerintahan Jayanagara dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan ketidak pantasan Jayanagara menjadi Raja Majapahit karena factor keturunan ( Jayanagara adalah anak Raden Wijaya dengan Dara Petak ( Istri lain dari Sumatera, di luar 4 istri anak prabu Kertanegara yang telah dikawini terlebih dahulu), alasan kebijakan Jayanagara yang tidak peduli dengan rakyat, alasan kepribadian Jayanagara yang gemar berpesta, mabuk-mabukkan, semena-mena mengambil anak gadis atau istri orang, serta berbagai alasan lain yang tidak mungkin diceritakan satu persatu di sini.

Pemberontakan ini adalah juga pemberontakan susulan atas kebijakan Majapahit sejak jaman Raden Wijaya. Para pemberontak itu diantaranya Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Khusus pemberontakan Ra Kuti, pemberontakan ini adalah pemberontakan yang paling berhasil karena mampu menguasai istana dan membuat Jayanagara mengungsi di sebuah dusun bernama Badender. Pengungsian Jayanagara tersebut berada dalam kawalan pasukan khusus Bhayangkara dibawah pimpinan Dipa ( kelak bernama Gajah Mada ).

Lewat inisiatifnya sendiri, Dipa dan pasukan kecilnya kemudian mengembalikan pemerintahan ke tangan Jayanagara dengan bantuan rakyat yang masih setia. Pemberontakan Ra Kuti akhirnya berhasil di padamkan dan Jayanagara kembali ke tahta.

MASA KEDATANGAN
Di tahun 1321, seorang Romo Katolik dari Biara Fransiskan datang ke Majapahit. Sejak tahun 1316, Romo yang dikenal dengan nama Odorico da Pordenone telah berlayar mulai dari Venesia, kemudian melalui Konstantinopel, Jazirah Turki dan Iran menuju Hormuz di Teluk Persia. Dari Hormuz perjalanan dilanjutkan dengan berlayar, dan berturut-turut menyinggahi berbagai pelabuhan di Mumbai, Malabar, Srilangka, Madras, Sumatera dan Jawa. 

Kedatangan ke Jawa sesungguhnya hanya persinggahan sementara karena tujuan utamanya adalah menjelajahi kawasan yang oleh kalangan Eropa disebut Timur Jauh. Meski hanya persinggahan, namun saat di Jawa, romo yang bernama asli Odorico Mattiuzzi ini telah banyak berkarya baik secara religi maupun secara kesusasteraan . Salah satunya menghasilkan narasi yang kemudian digunakan sebagai rujukan untuk menggambarkan keadaan Majapahit. Isi catatan tersebut salah satunya demikian :

".....raja memiliki bawahan tujuh raja bermahkota dan pulaunya berpenduduk banyak,merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan karena besar, tangga dan ruangannya berlapis emas dan perak,bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan agung dari cina beberapa kali berperang melawan raja ini, akan tetapi selalu gagal,dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya....."

Terkait catatan ini, setidaknya ada dua analisa tentang situasi Odorico kala itu.

Analisa pertama :
Odorico selain datang langsung ke area Istana dan menjelajah daerah kekuasaan Majapahit, dirinya juga telah melakukan penelusuran sejarah dari sejumlah sumber. Dari sumber itu pulalah Odorico kemudian mengetahui bahwa Majapahit sering kali diserang oleh pasukan Kubilai Khan sebagai bentuk balas dendam terkait kejadian beberapa tahun lalu. Pada tahun 1293, Pasukan Mongol memang pernah di peralat oleh Raden Wijaya untuk menghantam pasukan Jayakatwang, namun saat Jayakatwang kalah, mereka justru balik dihancurkan. Sisa yang berhasil melarikan diri melaporkan pada Kaisar Kubilai Khan.


Analisa Kedua :
Tak lama setelah Odorico tiba, terjadi penyerangan oleh pasukan Mongol sehingga dirinya terjebak dalam situasi perang. Saat itulah dirinya mengetahui hal ihwal penyebab pertempuran. Usai perang, Pastor asal Italia ini kemudian berkesempatan mengunjungi istana dan tempat-tempat lain di wilayah Majapahit.

Persinggahan Odorico di Majapahit kurang menekankan pada unsur pengabaran Injil, ini karena dirinya di perintah Kepausan memang bukan untuk itu, melainkan dalam rangka ilmu pengetahuan, yakni membuka cakrawala gereja Katolik terhadap peradaban bangsa lain. Namun demikian, sangat mungkin Odorico mengalami dialog religiusitas antara Katolik dengan Hindu - Budha, agama yang dianut hampir oleh seluruh penduduk pulau Jawa, mulai dari pesisir hingga pusat kota.

MENINGGALKAN MAJAPAHIT
Seusai menyinggahi Majapahit, Romo Odorico kemudian melanjutkan pelayarannya ke Burneo, Champa, dan akhirnya Guangzhou, China.
Tiga tahun berada di China, di bawah pemerintahan Dinasti Yuan, Odorico kemudian kembali pulang karena masa tugas perjalanannya telah habis. Sayangnya, di tahun 1331, saat hendak melaporkan catatan-catatan perjalanannya kepada Paus di Avignon, beliau jatuh sakit dan wafat di usia 66 tahun.

CATATAN LAIN
Yang menarik, selain catatan tentang pulau Jawa, adalah tulisan yang mendeskripsikan bagaimana praktek-praktek kanibalisme masih terjadi di sebuah pulau yang bisa diindikasikan sebagai pulau Kalimantan ( Borneo). Juga tentang makanan khas yang disebut sagu di Nusantara.

Bagi Gereja Katolik, misi perjalanan Odorico memang menghasilkan banyak catatan dan pengetahuan baru tentang peradaban Timur Jauh (kemudian disebut Asia). Itu tidak lepas dari ketaatannya untuk mengikuti perintah misi, yakni : terus membuat catatan perjalanan dan tidak boleh pulang sejak mulai diberangkatkan di tahun 1316 hingga tahun 1330.

Pengutusan Odorico sendiri sesungguhnya merupakan pembuktian langsung atas naskah berjudul Sir John Mandeville, sebuah naskah yang ditulis oleh seseorang yang mengaku bernama sama dengan judul. Namun berdasarkan catatan-catatan kesaksian langsung dari Ordorico, akhirnya terbukti, bahwa apa yang terdapat dalam Sir John Mandeville sangatlah kacau dan cenderung fiksi. Padahal buku itu sendiri pernah menjadi inspirasi Christopher Columbus maupun Marco Polo dalam melakukan perjalanan.

Pada periode selanjutnya, berbagai catatan perjalanan Ordorico telah disalin dalam berbagai terjemahan sebagai bahan kajian pengetahuan, referensi perjalanan maupun misi Katolik di kawasan Timur Jauh. 

Beberapa biarawan Katolik kemudian juga mengikuti jejaknya di Asia dalam misi religius, diantaranya yang cukup terkenal adalah Fransiscus Xaverius (menerima puluhan ribu penduduk Maluku, Malaka, Kalimantan dan Sulawesi menjadi Katolik, sehingga menjadi tonggak awal berdirinya gereja katolik di Nusantara) dan Dionysius a Natitivitate & Redemptus a Cruce ( Martir – disiksa dan dibunuh atas perintah Sultan Aceh Iskandar Thani karena hasutan berbau SARA dari penjajah Belanda ).

Oleh karena banyaknya mukjizat yang terjadi pada makam Odorico da Pordenone di Udine, lalu penelusuran religiusitas dan bukti-bukti ketaatan terhadap gereja Katolik, maka pada tahun 1755 Paus Benediktus XIV akhirnya memberikan penghormatan kekudusan lewat beatifikasi. Sebuah patung Odoric juga didirikan di Pordenone pada tahun 1881 untuk mengenang biarawan yang gemar berpuasa namun tetap giat bekerja ini.

sumber : disini  
               disini
[Continue reading...]

Selasa, 03 Mei 2016

Orang kepercayaan Santosa dan profil dan jejak kejahatannya yg banyak menimbulkan korban jiwa orang Kristen Poso.

- 0 komentar
Poso - Komandan Mujahidin Indonesia Timur Santoso memiliki orang kepercayaan, yakni Basri. Bersama Ali Komara, Basri selalu menempel alias berada di samping Santoso.

Dari sekian banyak pengikutnya, Santoso paling percaya dengan Basri. Siapa sebenarnya Basri?

Nama aslinya Mohammad Basri bin Baco Sampe alias Ayas alias Bagong alias Opa.  Dia adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Selama tahun 2002 sampai 2006 Basri bergabung dengan Jamaah Islamiah (JI) Tanah Runtuh, Poso.

Dia ikut pelatihan militer ( Tadrib asykari) tahun 2003 masuk angkatan " UHUD II". Saat itu  peserta sekitar 15 orang yang dilatih oleh  Ustad MAHMUD. Adapun materi latihan adalah perang, menggunakan senjata api, merayap, roling  dan naik pohon pakai tali.


Dalam catatan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Basri pernah terlibat sejumlah tindak kejahatan. Antara lain:

a.  Penembakan Pendeta SUSIYANTI di sebuah Gereja Palu tahun 2003.

b. Pembunuhan terhadap seorang wanita kongkoli di Desa Maranata.

c. Perampokan toko emas Pasar Tua Palu tahun 2004.

d. Penembakan Gereja Emanuel tahun 2004.

e. Pembunuhan terhadap 3 siswi SMU Kristen Poso .

f. Pencurian dengan kekerasan/perampokan uang Pemda Poso di Kantor Pemda Poso tahun 2005.

g.  Peledakan bom di Desa Kauwa tahun 2005.

h. Peledakan di Lapangan Kasintuwu Poso tahun 2006.

i. Pembunuhan Kades Pinedapa.

j. Melawan petugas Kepolisian yang sedang melakukan tugas pada hari Kamis tanggal  22  Januari 2007 di Wilayah Kel. Gebangrejo, Kec. Poso Kota Kab. Poso Sulawesei Tengah.

Atas tindak kejahatannya tersebut, Basri mendapatkan Vonis selama 18 Tahun dan terakhir menjalani hukuman di Lapas Ampana.

Pada sekitar bulan April 2013 Basri melarikan diri dari Lapas Ampana. Dia kemudian pergi ke Bima dan menikahi Nurmi Binti Usman yang saat ini  ikut Basri bergabung dengan kelompok Santoso di Hutan Poso.

Basri bergabung dengan Santoso setelah kembali ke Poso dari Bima. Mereka bersembunyi di  pegunungan biru Poso Pesisir hingga sekarang.


Adapun keterlibatan Basri selama bergabung dengab MIT pimpinan Santosi antara lain:

1. Penembakan Mapolsek Poso Pesisir Utara Tgl 10 Juni 2014,

2. Bom di depan Pos Polmas Pantango Lemba Tgl 24 Feb 2014

3. Bom Pantango lemba (Bom Tangki seprot Hama) di Jalan tgl 25 Feb 2015,

4. Bom di DEWUA tgl 9 Okt 2014,

5. Penyerangan Mobil Taktis Brimob di Jl Tangkura tgl 7 Nop 2014,

7. Penculikan 2 warga di Sedoa tgl 15 Des 2014,

8. Penculikan 3 warga Tamadue

9. Pembunuhan warga di Taunca tgl 18 Sept 2014,

10. Pembunuhan/penggal 3  warga di Taunca tgl 16 Jan 2015,

11. Pembunuhan / penggal 3 warga Sausu Tgl 16-17 Sept 2015,

12. Penembakan  IPTU BRYAN.T(alm). Tgl 17 Agstus 2015.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriady mengatakan bahwa memang Basri ini memiliki rekam kejahatan masa lalu. "Dia pernah kami tangkap, kemudian ditahan tapi melarikan diri dari Lapas Ampana," kata Rudy kepada wartawan di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (7/4/2016).


sumber : disini

[Continue reading...]

Rabu, 22 Juni 2016

Buka puasa di sinagog: 'Rayakan perbedaan dalam kebersamaan sebagai sesama Umat manusia'

- 0 komentar


Seorang pengurus masjid di London mengumandangkan azan Magrib di hadapan sekiar 100 orang, tidak hanya Muslim namun juga Kristen dan Yahudi, di tempat yang tak biasa, sinagog.

West London Synagogue of British Jews, sinagog di London barat, akhir pekan lalu (11/06) menjadi tuan rumah acara buka puasa bersama dengan mengundang sejumlah imam, pendeta dan juga komunitas Yahudi setempat.

Minuman dan kurma disediakan untuk membuka puasa sebelum undangan Muslim yang hadir melakukan salat Magrib berjamaah.
Usai salat para undangan masuk ke audia dan bersantap malam. 

Mereja duduk di meja-meja, yang ditata sedemikian rupa sehingga dalam satu meja ada undangan atau hadirin dengan latar belakang agama yang berbeda.

Mereka berbicara akrab sambil menikmati malam malam dan kue manis.

Rabi senior Julia Neuberger mengatakan "sangat bangga komunitasnya melangsungkan acara The Big Iftar, buka puasa besar yang digagas Julie Siddiqui, sekaligus merayakan ulang tahun Ratu ke-90, untuk merayakan perbedaan di Inggris"

Julie Siddiqi yang diacu Neuberger adalah warga Inggris yang masuk Islam 20 tahun lalu dan saat ini menjadi aktivis lintas agama yang menggagas sejumlah acara amal termasuk the Big Iftar yang dilangsungkan di berbagai tempat di Inggris.

"Acara seperti ini lebih dari sekedar toleransi, kita saling menghargai dan kita merayakan perbedaan ini. Inggris sebagai salah satu negara dengan hubungan lintas agama yang terbaik di Eropa dan kita perlu merayakan ini," kata Julie Siddiqi kepada BBC Indonesia.

baca juga : Wali Kota London, Sadiq Khan, Buka Puasa di Gereja Tua

"Sebagai Muslim kami perlu lebih sering membuka diri karena penting untuk menunjukkan seperti apa Islam sebenarnya. Dan acara seperti ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena melalui persahabatan dan kepercayaan, berbagai prasangka dan kecurigaan antara pemeluk agama yang berbeda bisa dihilangkan," tambahnya.
Sejumlah acara lintas agama banyak dilakukan di Inggris dalam empat tahun terakhir, termasuk di antaranya membuka masjid untuk pemeluk agama lain.

Dalam acara di sinagog itu, sambil menyantap hidangan, seorang guru Islam yang hadir, Rakin Fertuga Cisse, menerangkan tentang arti Ramadan.

Para pengunjung - banyak di antaranya yang untuk pertama kalinya masuk ke sinagog- juga diajak untuk melihat tempat ibadah umat Yahudi itu.

Acara yang berlangsung sampai satu jam menjelang tengah malam ini juga dibagi antara grup untuk berdiskusi isi kitab suci Taurat, Injil dan Alquran.

Ramadan tahun ini di Inggris termasuk yang paling panjang dengan waktu imsak pada sekitar pukul 02.40 dan magrib pada pukul 21.20.

Sumber : disini

[Continue reading...]

Kamis, 18 Februari 2016

Pemuka Gereja Katolik, melawan Revisi UU KPK

- 0 komentar

Jakarta - Pemuka Katolik Romo Johannes Hariyanto meminta agar Presiden Joko Widodo bertindak tegas melawan upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terendus dalam rencana revisi undang-undang di DPR.

Johannes mengatakan ada dua hal yang membuat Presiden memiliki kapasitas untuk melawan upaya pelemahan KPK di DPR.

Langkah pertama, Presiden sebagai kepala negara memiliki otoritas yang bisa digunakan semaksimal mungkin, misalnya dengan tidak menyetujui revisi UU KPK, terangnya kepada pers di Jakarta, Kamis (4/2).

Kedua, ada pernyataan langsung dari presiden untuk melakukan moratorium terhadap segala usaha pelemahan UU KPK, sehingga hal tersebut memberikan sinyal jelas tentang sikap pemerintah.
"Kita tahu bahwa 'korban' KPK ialah orang-orang yang bisa merumuskan undang-undang. Ini akan mengerikan karena seluruh upaya pelemahan KPK hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri," lanjut Johannes.

Dia menambahkan tindakan DPR ini lebih dari sekedar kejahatan korupsi, karena bisa dikategorikan sebagai kejahatan untuk melawan bangsa.

"Akhirnya kepentingan diri sendiri lebih utama dibandingkan kepentingan bangsa dan memakai instrumen formal, yakni kewenangan sebagai anggota DPR untuk bisa melindungi dirinya sendiri," pungkasnya.

Baca juga: seorang wanita mencuri waktu Misa, di polisikan 

Sementara itu, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) juga memberikan empat catatan kepada presiden terkait dengan pelemahan KPK melalui revisi UU KPK. Keempat catatan tersebut, yakni :

1. Upaya membatasi hak KPK melakukan penyadapan, nyata-nyata telah mengebiri kekuatan KPK yang justru selama ini banyak menjerat para koruptor dengan proses penyadapan ini. Keberatan sementara pihak bahwa penyadapan ini mengganggu privasi sangatlah absurd, mengingat perilaku pejabat publik haruslah transparan dan tak perlu ada yang harus disembunyikan. Selain itu, penyadapan dengan ijin pengadilan akan memperlambat proses investigasi serta kemungkinan terjadi kebocoran informasi;

2. Dihilangkannya wewenang KPK melakukan penuntutan juga akan melemahkan posisi tawar KPK. Keinginan sementara pihak untuk melimpahkan wewenang ini semata-mata kepada Kejaksaan merupakan amnesia sejarah, karena munculnya KPK adalah karena ketidakpercayaan publik kepada aparat dan proses-proses di Kejaksaan; dan hal ini belum pulih hingga kini;

3. Dihilangkannya wewenang KPK merekrut penyidik independen di luar Kejaksaan dan Kepolisian juga merupakan upaya pelemahan karena hal ini akan semakin menempatkan KPK dalam rentang kendali Kepolisian dan Kejaksaan, sesuatu yang justru hendak dikoreksi dengan lahirnya KPK dalam semangat Reformasi;

4. Sebaliknya, keinginan sementara pihak untuk memberikan wewenang menghentikan perkara (SP3) kepada KPK juga akan melemahkan KPK karena berpotensi membuat aparat KPK "bermain-main" dengan perkara, atau membuka potensi tawar menawar kasus.

sumber : disini 
[Continue reading...]

Rabu, 22 Juni 2016

Vihara di Jawa Timur sediakan makanan berbuka puasa

- 0 komentar


Menjelang beduk magrib, sekitar 100 orang berdiri berjajar di samping Vihara Bodhimanda Sanggar Suci, Lawang, Malang, Jawa Timur. 

Tua, muda, dan anak-anak, yang datang dari berbagai tempat di sekitar Lawang tampak antre, sabar menunggu waktunya berbuka puasa. Mereka antre untuk mendapat buka puasa gratis dari Vihara Bodhimanda Sanggar Suci.

Menu yang disediakan antara lain adalah nasi putih lauk mi goreng dan ayam suwir. Sekitar 100 porsi makanan untuk buka puasa tertata di atas meja besar.

Tak lama kemudian terdengar suara azan dari Masjid Al Ikhlas yang terletak di samping vihara.

Salah satu tamu vihara adalah Mohammad Yasin, 60 tahun, yang datang bersama anaknya. Ia berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan makanan buka puasa gratis ini.

"Setiap bulan puasa, buka puasa di sini," ujar Yasin. Pria yang sehari-hari berjualan mi ayam ini mengaku terbantu dengan buka puasa gratis karena istrinya tak perlu repot menyiapkan buka puasa di rumah.

Meringankan beban ekonomi

Selain itu juga mengurangi uang belanja setiap hari. "Sangat membantu. Kadang ada yang berbuka puasa saja susah," katanya.

Yasin dan warga lain yang berbuka di vihara menerima seporsi makanan plus teh hangat. Mereka duduk melingkar sambil bercengkerama. Buka puasa ditutup dengan minum teh hangat dan kudapan.

Vihara menyediakan menu yang variatif mulai dari mi goreng, ayam suwir, soto, rawon, kari, opor, ayam bakar bumbu rujak, hingga ayam goreng.

Bagi Yasin, buka puasa cuma-cuma seperti yang disediakan vihara di Lawang ini adalah bentuk nyata toleransi umat beragama di Indonesia.

"Tak ada perbedaan dan tak ada sekat pembatas," ujarnya.
Acara buka puasa gratis dimulai pada 1998 ketika krisis ekonomi membuat harga kebutuhan pokok melambung.

Rohaniwan vihara, Winantea Listiahadi, menuturkan saat itu banyak orang miskin yang kesulitan untuk berbuka puasa. Ia terketuk hatinya untuk saling membantu sesama.

Relawan dan donasi

Ia kemudian mengggalang donasi yang berasal dari paguyuban Metta yang beranggotakan ratusan ribu orang, tak hanya umat Buddha, tapi juga dari pemeluk agama lain. 

baca juga : Pasar Ramadhan disepan Gereja

"Memang yang paling banyak umat di vihara sini," ujarnya.
Selain donasi, ia juga mengatur relawan untuk membantu menyiapkan buka puasa. Ada yang bertugas belanja, menanak nasi, memasak lauk, juga ada yang bertugas membuat minuman.

Setelah selesai, ada lagi yang bertugas menata makanan serta membagikannya kepada mereka yang datang berbuka puasa.

Salah satu relawan yang juga umat vihara, Amelia Wati, 68 tahun, datang setiap pukul 16.00 WIB untuk membantu menyiapkan makan berbuka puasa.

"Membantu ya sejak pertama kali ada buka puasa di sini," ujar Amelia.

sumber : disini

 

 

[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger